Genteng tanah liat dan genteng beton merupakan dua jenis genteng yang sering dimanfaatkan sebagai atap rumah di Indonesia. Namun bila dibandingkan dengan atap beton, tanah liat tidak lebih kokoh. Sehingga pemakaiannya belakangan mulai banyak digantikan. Selain itu, akhir akhir ini masyarakat juga melirik genteng bitumen sebagai atap rumah. Di antara beton dan bitumen, mana yang sebaiknya dipilih ?
Karakteristik Genteng dari Beton
Mengenal karakteristik dari jenis genteng yang hendak digunakan akan membantu anda mengetahui apakah genteng tersebut sesuai kebutuhan atau tidak. Genteng dari beton sendiri dikenal sebagai salah satu jenis atap yang paling kokoh. Aplikasinya sangat umum pada rumah rumah setelah Perang Dunia II.
Genteng dari bahan beton tersebut terdiri atas campuran semen, pasir, dan air. Kemudian pigmen berwarna mulai ditambahkan ke atap beton pada awal 1900-an. Tujuannya yaitu untuk mensimulasikan tampilan tanah liat, sehingga pemakaian beton mulai banyak digunakan sebagai alternatif genteng tradisional dari tanah liat.
Bentuk genteng beton sangat beragam, mulai dari datar, saling terkait, melengkung, dan masih banyak lagi. Keunggulannya, beton tahan terhadap serangga sehingga bisa tahan lama dan tidak lapuk. Namun genteng ini berat, sehingga perlu berkonsultasi dengan teknisi terlebih dahulu apakah dibutuhkan tulangan struktural.
Tentu tambahan tersebut akan menambah biaya yang dikeluarkan untuk atap. Selain itu, pemasangannya cukup sulit dan membutuhkan kontraktor atap profesional. Genteng dari beton pun tidak cocok untuk semua kemiringan atap. Biasanya lebih banyak dipakai untuk atap dengan kemiringan yang relatif tajam.
Karakteristik Genteng Bitumen
Selain atap beton, genteng bitumen banyak dipakai sebagai alternatif genteng tanah liat. Atap bitumen ini mempunyai bahan dasar berupa aspal, yang dicampur dengan bahan pasir batu, tambahan alga coating serta fiberglass. Kemunculan genteng bitumen juga sebenarnya sudah cukup lama, di tahun 1900-an sudah menyebar luas di daerah Amerika.
Di luar negeri, sekarang pemakaian genteng bitumen bahkan sangat populer. Dan lambat laun juga mulai diterapkan di Indonesia. Bila dibandingkan genteng beton, bitumen cenderung lebih ringan sehingga cocok untuk hampir semua rangka atap. Meskipun ringan, ternyata daya tahannya tidak kalah dari beton maupun tanah liat.
Dalam satu meter persegi, genteng bitumen memiliki berat kurang lebih 13 kg. Dengan bobot tersebut, genteng bitumen punya karakteristik tahan banting karena telah melewati proses pembuatan yang panjang dan pemanasan yang tinggi. Pemasangannya bisa mengikuti bentuk bangunan karena genteng bersifat fleksibel, bisa digunakan pada atap datar atau sudut yang curam sekalipun.
Atap Beton atau Bitumen ?
Dengan banyaknya alternatif yang bisa digunakan sebagai pengganti genteng tanah liat, anda mungkin masih bingung harus memilih atap beton atau bitumen. Keduanya punya daya tahan yang baik serta kokoh dan bisa digunakan sebagai atap permanen. Jika model rumah sederhana, genteng beton dapat dijadikan pilihan.
Namun genteng bitumen lebih fleksibel, anda bisa menggunakannya pada berbagai macam gaya rumah. Daya tahan tinggi seperti atap beton pun akan diperoleh, karena bitumen termasuk tahan banting. Selain itu variasi warnanya juga banyak dan pemasangannya mudah, jadi sangat mudah menyesuaikannya dengan rumah impian.
Bila dilihat dari karakteristik genteng bitumen dan beton, bahwa keduanya punya kualitas yang bagus sebagai atap permanen untuk rumah. Akan tetapi, bitumen Onduline bisa menjadi pilihan tepat apabila ingin menciptakan gaya rumah kekinian. Karena pemasangannya mudah dan bisa mengikuti bentuk bangunan yang anda inginkan. Tentu ini nantinya dapat meningkatkan estetika hunian.