Di Indonesia, pemakaian atap baja ringan untuk konstruksi bangunan semakin populer diaplikasikan. Meski begitu, tidak sedikit orang yang mencurigai bahwa material tersebut mudah patah, mengingat bobotnya yang ringan. Namun apakah benar genteng baja ringan mudah patah dan rawan ambruk ? Yuk cari tahu.


Mengenal Material Baja Ringan Sebagai Atap Genteng


Material baja ringan merupakan salah satu bentuk produk baja yang dihasilkan dari proses pengerolan dingin, yaitu cold rolled coil (CRC). Dimana baja tersebut kemudian dilapisi dengan aluminium seng untuk mencegah korosi. Bila dibandingkan dengan hot rolled coil (HRC), CRC umumnya mempunyai ukuran yang lebih presisi, lebih tipis, dan kualitas permukaannya lebih baik.


Selain itu, baja ringan memiliki sifat mekanis dan formability yang sangat bagus. Meskipun ringan dan tipis, materialnya sangat kokoh untuk digunakan sebagai rangka atap. Kekuatannya tariknya pun bagus, yaitu sebesar 550 MPa sehingga tidak mudah patah maupun ambruk.


Daya tahannya bisa dibilang sangat tinggi karena baja ringan mempunyai karakteristik tahan karat, anti rayap, dan tidak merambatkan api. Menggunakan atap baja ringan akan membuat konstruksi menjadi lebih efisien waktu dan biaya. Selain karena beberapa karakteristiknya seperti yang telah dijelaskan, material ini cukup unggul dalam hal pemasangannya yang mudah.


Kesalahan Menggunakan Baja Ringan Sebagai Penopang Atap


1. Pemilihan Bahan Baja Ringan


Dari pengertian baja ringan di atas, anda sudah mengetahui bahwa material ini punya daya tahan yang bagus dan sangat kokoh meskipun bobotnya ringan. Lantas, kenapa pada beberapa kasus ditemukan konstruksi genteng baja ringan yang ambruk ? Hal tersebut terjadi karena beberapa alasan, salah satunya yaitu pemilihan bahan baja ringan itu sendiri.


Perlu diketahui bahwa baja ringan terdiri atas beberapa macam jenis, yang dikategorikan berdasarkan nilai tegangan tariknya. Yang mana tegangan tarik tersebut berpatok pada fungsi akhir dari penggunaan material. Untuk kebutuhan interior rumah, anda bisa memakai baja ringan dengan tegangan tarik rendah seperti G250 atau G300. Namun untuk atap sebaiknya pilih baja ringan dengan tegangan tarik seperti G550.


2. Pemilihan Genteng


Bukan hanya pemilihan bahan baja ringan, namun atap baja ringan juga bisa mudah patah dan ambruk apabila terjadi kesalahan pada pemilihan gentengnya. Konstruksi baja ringan cocok menggunakan genteng bitumen, karena ringan dan kokoh. Atap bitumen ini memiliki komposisi yang terdiri atas beberapa bahan seperti pasir batu, alga coating, dan fiberglass.


Biasanya pembuatan rangka genteng aspal menggunakan baja ringan kanal C yang memiliki ketebalan 0.755 mm, dengan reng setebal 0.45 mm. Jarak kuda kudanya adalah 1,2 meter dari as ke as supaya rangka atap bitumen kokoh. Sementara jarak reng atapnya yaitu 40.5 cm apabila menggunakan GRC board setebal 9 mm.


3. Teknik Pemasangan


Pemasangan rangka atap menggunakan material apapun tentu harus memperhatikan tekniknya. Dimana teknik pemasangan yang salah dapat berakibat fatal dan membuat atap mudah ambruk. Sehingga teknik pemasangan ini harus diperhatikan dengan baik dan dilakukan oleh ahli di bidangnya.


Untuk meminimalisir kesalahan dalam pemasangan atap baja ringan, dibutuhkan gambaran kerja dan perhitungan kekuatan beban sebelum dilakukan pemasangan. Dengan begitu, apabila ada kesalahan dalam pemasangan salah satu bagian maka tidak akan melemahkan struktur lainnya.


Berdasarkan ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa rangka atap dengan material baja ringan sebenarnya tidak mudah patah. Namun kesalahan dalam pemilihan bahan baja ringan, pemilihan genteng, dan teknik pemasangan dapat membuatnya menjadi rawan ambruk. Jadi pastikan anda memperhatikan hal hal tersebut selama konstruksi berlangsung.
 

call center onduline

 

Yuk Cari Tahu Apakah Atap Baja Ringan Mudah Patah ?